Sebelumnya terima kasih kepada pemilik BLOG essip.us yang telah memuat artikel berjudul "Lagu Anak itu Tak Membodohiku"
Ada yang menarik ketika kemarin saya mencari bahan untuk blog lagu anak saya. Banyak sekali saya melihat artikel-artikel yang intinya mengkritik lirik lagu-lagu anak yang sudah tak asing lagi bagi indera dengar kita. Entah saya tidak tahu darimana sumber artikel-artikel itu. Setahu saya artikel itu lumayan banyak beredar di blog-blog. (coba search kata kunci "lagu anak pembodohan atau pembodohan lagu anak").
Saya cuma heran kenapa artikel itu justru digemari sebagai bahan copas di beberapa blog. Padahal menurut saya isinya hanyalah sebuah opini yang mengada-ada saja. Menghakimi tanpa menyertakan sebuah alasan yang valid dan masuk akal. Sangat disayangkan juga adanya sebuah label "pembodohan" di dalamnya. Seakan lagu-lagu itu benar-benar akan membuat bodoh anak kecil jika menyanyikannya. Sebuah sikap yang tidak menghargai karya anak negeri sendiri. Lebih parah lagi adapula yang mengutuk pencipta lagu serta guru TK karena dianggap membodohi mereka selama ini lewat lagu anak-anak tersebut.
Yo wis lah, jika mereka punya opini sendiri, demikian pula halnya saya. Sebagai blogger tentu saja kita diharuskan untuk bisa memberikan sebuah informasi yang seminim mungkin jauh dari kesalahan. Meluruskan, jika ada sesuatu yang bengkok. Dan, saling memberikan urun rembug jika ada sebuah permasalahan yang belum bisa kita pecahkan layaknya persoalan tawuranyang sekarang kita hadapi. Nah, di artikel ini saya pun akan memberikan opini mengenai semua kritikan pada lagu-lagu anak tersebut. Seobyektif mungkin dan tentunya hanya berasal dari copas otak saya.
Ini dia beberapa lagu anak yang dikatakan memperbodoh itu. (silakan klik judulnya jika ingin mendengar dan melihat lirik lagunya)
Banyak yang mempertanyakan kenapa tiba-tiba muncul balon berwarna hijau?. Berarti balonnya ada enam dong bukan lima?. Hehehe coba dengerin lagi deh lagu "Balonku" dengan lirik yang benar. Jelas aja bingung bin mumet, lah liriknya aja diganti dari yang semula berwarna hijau sekarang diganti merah. Hanya kebiasan salah kaprah dalam menyanyikan saja menurut saya permasalahannya. Penyanyi jazz Tompi juga salah loh dalam menyanyikannya. Intinya menurut saya yang membikin bingung itu kita sendiri, karena salah dalam menyanyikan lirik lagunya. Mungkin kita terpengaruh juga dengan lagu "Pelangi"yang menyebutkan warna merah di awal salah satu liriknya,. Kemudian menjadi kebiasaan yang kita lakukan juga di lagu"balonku". Piye? masih ngeyel saja nyanyi "balonku" pakai warna merah? Yo wis silakan bermumet ria aja hahaha.
Ada yang menganggap aneh lagu ini karena menceritakan bintang yang muncul di langit yang biru. Padahal bintang biasanya muncul saat malam hari atau ketika langit berwarna hitam. Lah jelas aneh dong, wong lagi-lagi liriknya dirubah saat menyanyikan. Mungkin pula karena lagi-lagi terpengaruh lagu "pelangi", lirik yang semula berbunyi "di langit yang tinggi"berubah menjadi "di langit yang biru". Masih tak percaya? Silakan anda lihat rima lirik lagu "bintang kecil", kira-kira lebih sreg mana pakai "tinggi" atau "biru"?.
Lagu ini dikatakan tidak konsisten dalam menulis lirik lagunya. Pada bait pertama menceritakan seorang kapiten dengan pedang panjang, kemudian di bait ke dua menceritakan tentang sepatunya. Mereka mempertanyakan inkonsistensi lirik lagu itu. Menceritakan pedang atau sepatu?. Menurut saya jawabannya terletak pada judul lagu itu, "Aku seorang kapiten". Yah, lagu itu menceritakan sosok penampilan seorang kapiten, bukan sepatu atau pedang panjang. Tidak ada yang salah kok dengan liriknya. Masih tetap konsisten karena menceritakan seorang kapiten yang mempunyai pedang panjang, dan saat dia berjalan berbunyi prok prok prok. Hingga karena gagahnya dia bangga menyebut "Aku seorang kapiten".
Katanya lagu ini akan membuat anak tidak memprogam tugasnya secara baik dan selalu terburu-buru. Seakan para pengkritik menuntut agar lagu tersebut menyebutkan detail demi detail aktifitas pagi yang dilakukan anak. Hmm. menurut saya dalam menciptakan sebuah lagu tentunya pencipta harus mampu bercerita dalam bentuk seringkas mungkin tapi mengena kepada sasarannya. Lah kalau lagu "bangun tidur" saja kita diharuskan menyebut satu persatu aktifitas anak saat pagi hari, bagaimana halnya dengan sebuah lagu cinta milik orang dewasa?. Wah bisa jadi sandiwara radio dong nanti lagunya?
Di sebutkan jika lagu ini bisa membuat anak kecil kehilangan konsentrasi, semangat dan motivasi. Sebab, pada awal lagu terkesan memberi semangat untuk mendaki gunung, namun kemudian menjadi bingung dan hanya malpu toleh kanan kiri melihat pohon cemara karena jalanan yang tajam saat mendaki.
Saya sarankan para pengkritik untuk masuk pencinta alamdan belajar ilmu psikologi alam bebas. Dalam pendakian memang dibutuhkan sebuah konsentrasi tinggi, tapi diperlukan pula sebuah improvisasi agar kita tak merasa terbebani dengan beratnya perjalanan kita. Salah satu cara adalah dengan melayangkan pandangan menikmati pemandangan di kanan kiri ketika perjalanan. Yah, dengan melihat pemandangan kiri kanan yang digambarkan pohon cemara itu membuat kita menjadi termotivasi untuk mendaki, bukan malah sebaliknya. Anda tidak percaya? Monggo, kapan-kapan kita naik gunung bareng dan sama-sama membuktikannya.
Lagu ini dikatakan akan memberi efek anak doyan gratisan. Lebih lucu lagi disebut-sebut jika PJKA rugi besar gara-gara efek dari lagu ini. Cobalah anda cermati lirik "keretaku tak berhenti lama". Apakah menurut anda itu kereta api beneran atau hanya kereta api mainan?. Apakah masuk akal seorang anak kecil memiliki kereta api sungguhan?. Sebenarnya jika kita mencermati, lagu itu justru mengajarkan nilai kedermawanan pada seorang anak. Yaitu dengan memperbolehkan teman-temannya naik kereta api dia tanpa harus membayar. Bukankah itu perilaku seorang dermawan?.
Jika ada yang tanya lah rutenya itu kan bener rute kereta api sungguhan? Hehehe berpikir dalam bingkai kanak-kanak dong pret!. Berimajinasi liar lah laksana anak-anak kecil, mau B`ndung, Surabaya atau Ujung Kulon sekalipun, itu kan hanya imajinasi anak-anak ketika bermain kereta api. Bukan malah sebaliknya mengada-ada dengan mengatakan PJKA akan rugi gara-gara lagu ini. Tanya deh pak masinis atau kondektur kereta, apakah mereka menggratiskan penumpangnya gara-gara ketika kecil mendengarkan lagu ini?
Ini jelas lagu dewasa dan bukan konsumsi anak-anak! itu kata para pengkritik lagu ini. Hehehe yang ngeres sebenarnya lagunya apa yang ngritik ya? Cobalah anda bayangkan ketika kecil dulu, ketika anda mendengar kalimat minum susu apakah itu anda anggap sebagai aktifitas seksual? Atau jika sekarang saya menulis "jika pagi hari saya minum jamu, jika malam hari saya minum susu". Apakah anda mengartikan tulisan itu jika saya sedang melakukan aktifitas seksual? Jelas ya ! kalau pikiran anda ngeres hehehe. Cobalah kembali cermati rima lagu itu, saya rasa anda pasti tahu jika sebenarnya lagu itu wajar-wajar saja.
Diartikel itu ditulis bahwa psikolog mengatakan jika sdkian tahun anak-anak Indonesia diajak tidur dengan cara "mengancam". Hmm.. para emak tentu sudah paham bagaimana sulitnya menidurkan anak kecil mereka. Menyuruh anak kecil tentu saja tak semudah yang kita kira. Ada hukum sebab akibat yang biasanya harus kita jelaskan dulu agar mereka patuh dengan perintah orang tuanya. Jika anak belajar malas tentu akan tidak naik kelas. Jika anak durhaka pada orang tua maka jadinya akan celaka. Demikian pula dengan lagu itu. Sebuah bujukan sekaligus menjelaskan efek jika mereka tak lekas tidur yaitu digigit nyamuk. Menurut saya itu hanya sebuah stimulan agar mereka lekas tidur, bukanlah ancaman pada anak. Lain halnya jika lirik itu berbunyi "Kalau tidak bobo' digigit emak" atau "Kalau tidak bobo' digampar bapak" itu baru namanya ancaman. Heran, sebenarnya psikolog mana sih yang omong gitu?
Katanya lagu ini menyesatkan, karena tidak mengajarkan realita pada anak. Seekor burung kutilang harusnya berbunyi cuit.cuit.cuit bukan trililili yang lebih identik dengan bunyi orang. Hehehe saya sarankan deh mulai sekarang para pengkritik itu agar tak membaca novel lagi seumur hidupnya.
Sebuah karya seni tentunya harus bisa memberikan sebuah daya imajinasi tinggi bagi para penikmatnya. Coba bayangkan apa jadinya sebuah novela tanpa bumbu sastra. Apakah kita akan terus memprotes jika ada tulisan yang tak sesuai dengan realita secara gamblang, misal pada kalimat "wajahmu secerah rembulan"? atau "Tatapanmu membuat hatiku dag dig dug ser". Begitu pula halnya dengan sebuah lagu, tak bisa tentunya kita harus memaksakan sebuah lirik sesuai dengan realitanya secara kongrit. Jangankan pada lagu anak-anak yang penuh dengan imajinasi tinggi, pada lagu orang dewasa pun mungkin saya bisa mengkritik dengan membenturkannya pada realita secara makjleb. Pada lagu Noah misalnya, bisa saja saya mengatakan jika Ariel itu seorang waria, karena menyanyikan lirik berbunyi "karena separuh aku dirimu" hehe. Cobalah nikmati karya seni itu dengan penuh imajinasi, itu saja masalahnya.
Untuk menikmati lagu anak-anak tentunya kita tak bisa memaksakan pola pikir dan idealisme kita sebagai orang dewasa. Cobalah kembali ke masa kecil kita dulu agar kita bisa memahami arti dari lagu anak-anak itu. Jika dikatakan lagu anak itu melakukan pembodohan, justru saya merasa jika merekalah yang telah membuat bodoh dirinya sendiri. Jika lagu anak-anak itu dianggap melakukan penyesatan, Hmm.. saya lebih setuju jika artikel merekalah yang justru telah mencoba menyesatkan para pembacanya. Sebab, seiring bertambahnya usia, kita pasti tahu jika lagu anak-anak itu sebenarnya adalah sebuah hiburan bukan pembodohan. Sekarang saya tanya jika anda menonton komedi macam OVJ apakah itu disebut pembodohan? Padahal OVJ itu hanya sebatas keterpura-puraan dan anda menikmatinya kan?
Dulur blogger, tanggung rasanya jika sikap kritis itu ditujukan pada lagu anak-anak itu. Jika kita memang peduli dengan perkembangan generasi anak bangsa, harusnya kita mengkritisi saja para orang tua yang telah merecoki anak mereka dengan lagu-lagu orang dewasa. Bukan malah sebaliknya, melakukan aksi copas berjamaah, padahal isi artikelnya hanyalah sebatas opini mengada-ada. Jadilah blogger yang punya prinsip dan percayalah dengan tulisan anda sendiri!.
Sumber : Lagu Anak Itu Tidak Membodohiku
0 komentar:
Posting Komentar