17 Mar 2016

Uji coba Beda kabel Cross dan Straight

Pada kesempatan kali ini saya akan mencoba membandingkan hasil dari uji jaringan antara beberapa kabel. namun yang menjadi fokus utama adalah antara kabel cross dan straight, dan pada kesempatan pengujian kali ini indikator suatu kabel dikatakan berhasil adalah :
- Mampu melakukan ping ke host lainnya
- Mampu men'discover' host lainnya
- Mampu mengirim file "coba.txt" ke host lainnya.

dalam percobaan ini akan dicoba menggunakan 4 kategori kabel, 2 pc/laptop, skema jaringan PTP (peer to peer)

Kategori kabel : dalam kategori kabel ini akan dijelaskan masing masing kabel yang akan digunakan.
Kategori 1 : adalah kabel Straight standar, yaitu di kedua pin tidak ada yang bersebrangan dengan maksud
pada connector A berada di pin 1 maka pada connector B berada di pin 1 juga
Kategori 2 : adalah kabel Cross standar, yaitu pada pin 1 bersilang dengan pin 3, pin 2 bersilang dengan pin 6
Kategori 3 : adalah kabel Straight yang berbeda warna, yaitu kabel straight yang dimana tidak ada persilangan di antar pin pada connector hanya saja menggunakan warna yang berbeda
Kategori 4 : adalah kabel custom bawaan Access Point yang biasa digunakan untuk konfigurasi Access Point, namun hanya aktif pada pin 1,2,4, dan 6
Kategori 5 : adalah kabel bawaan Access Point TP-Link yang menggunakan Straight biasa


Table Hasil Pengujian :



Gambar Pendukung :

Hasil Ping ke 192.168.1.1

Hasil Ping ke 192.168.1.2

Hasil dari Network Discovery

Hasil dari Pengiriman file "tes.txt"




15 Mar 2016

Penalaran Induktif

Penalaran induktif adalah penarikan suatu kesimpulan yang didukung oleh fakta-fakta, atau kejadian yang bersifat khusus.
Contoh :
- jika air dimasukan kedalam gelas, bentuknya akan menyerupai gelas.
- jika air dimasukan kedalam cangkir, bentuknya akan menyerupai cangkir.
- jika air dimasukan kedalam cawan, bentuknya akan menyerupai cawan
- jadi, sifat air adalah mengikuti wadahnya.

pada premis 1, 2, dan 3 merupakan suatu fakta fakta pendukung yang bersifat khusus, dan pada premis 4 menunjukan kesimpulan yang bersifat umum. dan pada titik ini akal kita melakukan suatu penyimpulan dari ketiga fakta pendukung sebelumnya yang mengakibatkan kita membuat suatu kesimpulan yang universal.

Penlaran sendiri memiliki beberapa bentuk, diantaranya :
- Generalisasi (bertolak dari fenomena individual)
- Analogi (perumpamaan)
- Hubungan klausa

Contoh generalisasi :
- Untuk menjadi Tekhnisi handal dibutuhkan pendalaman teori dan pengalaman yang memadai.
- Untuk menjadi Analis handal dibutuhkan pendalaman teori dan pengalaman yang memadai.
- Untuk menjadi seseorang yang gandal dibutuhkan pendalaman teori dan pengalaman yang memadai.

Contoh analogi :
- Hendra adalah lulusan Universitas Gunadarma, Hendra adalah orang yang cerdas
- Alam adalah calon lulusan Universitas Gunadarma, Maka Alam adalah calon orang yang cerdas.

Contoh hubungan klausa :
- Sebab - Akibat :
                             Mahasiswa Universitas Gunadarma adalah orang cerdas, karena tekun dan rajin dalam proses belajar.
- Akibat - Sebab :
                              Mahasiswa tidak kunjung lulus disebabkan tidak tekun dalam proses belajar
- Akibat - Akibat :
                              Sepulang dari pasar jalan becek karena hujan, Ibu beranggapan jemuran di depan rumah akan basah karena hujan.

11 Mar 2016

Pendidikan dan apa ya?

Yep, kali ini gue coba bahas sedikit tentang pendidikan. Bukan karena gue pinter atau sok pinter, bukan. Bukan karena gue orang suruhan dinas pendidikan, bukan. apalagi karena gue kerja di dunia pendidikan (pendukung dunia pendidikan). yup, karena pada dasarnya gue suka pola pikir yang berbeda dan gue suka nyalah nyalahin orang, haha engga deng. Kali ini gue ga bakal mencoba memancing feedback negatif. Mungkin lain kali, dan kalaupun dalam pos ini ternyata akan ada, saya meminta maaf duluan saat ini.


Yup, pendidikan,, khususnya di indonesia. Saya dan beberapa orang yang saya pernah dengar dalam bicaranya dalam beberapa media mungkin memiliki pandangan yang sama, baik itu youtuber eno bening, komika pandji pragiwaksono. dan juga sedikit dari seniman sujiwo tedjo dalam pembicaraannya di TedX indonesia. dan dalam hal ini akan coba saya pisah menjadi 3 sub pembahasan yaitu : pendidikan secara umum, UN, dan matematika.

1. Pendidikan Secara Umum
topik pembahasan pendidikan secara umum muncul diawali oleh pandji yang menyinggungnya dan ternyata sepandangan dengan saya saat dia membicarakan pendidikan dalam acaranya "mesake bangsaku" yang saya lihat di youtube. disana dia mengatakan bahwa pendidikan di'sini' bisa dikatakan salah. dan gue juga setuju dengan perkataannya "dari jaman baheula juga ki hajar dewantara juga udah menyampaikan, padi ya di treatment untuk padi, jagung ya di treatment untuk jagung" dan IYA. saya setuju ketika seorang anak 'salah' ketika dididik maka akan menghasilkan rantai kesalahan yang menjadi roda. dan disini masalah sesungguhnya yang kita hadapi, saat ini kita dalam masalah dimana yang seharusnya dididik tidak memilih untuk dididik, yang terdidik merasa cuek dengan status pendidikannya, dan yang seharusnya mendidik merasa sudah bukan tanggung jawabnya ketika yang dididik salah.

oke kita pecah tiap-tiap subjek, yang seharusnya dididik tidak memilih untuk dididik : (maaf) umumnya yang belum berkecukupan atau tidak mampu, dan beberapa anak yang 'malas'. untuk yang tidak mampu memang keadaan yang membuatnya seperti itu, secara logika dasar dan ketika kita menjadi subjek maka jawaban yang sama akan kita pilih ketika ada pertanyaan "Pilih uang atau pendidikan?" iya, kita pilih "Uang" kenapa? karena saat ini, mungkin yang kita butuhkan adalah uang untuk melanjutkan hidup, atau yang parah ya karena kita pada dasarnya sudah salah karena 'tidak terdidik'. ada sesuatu yang sangat dalam dan tidak mudah untuk begitu saja berubah, dan ini tugas bersama dan berkelanjutan untuk merubah ini.. dan untuk satu lagi yang beberapa anak yang 'malas' ya memang seharusnya dimusnahkan sana,, haha bercanda. tapi iya itu juga jadi PR bersama

sekarang yang terdidik merasa cuek dengan status pendidikannya. contoh umum aja, pernah melihat pengendara berhenti di zebra cross saat lampu merah? atau yang lebih parah,, pengendara yang melanggar lampu lalu lintas? atau yang ga kalah absurd pejalan kaki yang nyebrang saat lampu lalu lintas berwarna hijau yang artinya saatnya kendaraan melaju dan pejalan kaki malah menyebrang, dan bukan di zebra croos atau jembatan penyebrangan. tetapi di jalan raya. what the? banyak terjadi di kota kota besar hal seperti ini, dimana mereka umumnya adalah para sarjana muda, Senior civitas, dll yang berpendidikan, kenapa gue yakin berpendidikan? karena kalau ga berpendidikan mah pasti pada ga punya kendaraan, pasti diem aja dirumah buat ungkang ungkang kaki di depan layar komputer sambil youtube'an kayak gue. iya mereka berpendidikan, tapi mereka cuek dengan status pendidikan mereka, dimana mereka cuek dengan ilmu yang mereka miliki, mereka cuek ketika mereka tau ketika mereka menyebrang harus di zebra croos, ketika mereka berhenti di persimpangan lalu lintas adalah di belakang garis zebra cross, dan mereka berhenti ketika lampu lalu lintas berwarna merah. bahkan salah seorang guru saya pernah berkata "............... Jika penduduk di Indonesia dan di Jepang dipindah dimana faktor jumlah penduduk dan luas wilayah dikesampingkan, maka 10-20 tahun kededpan 'Jepang yang dulu' akan segitu gitu aja, walau teknologi sudah ada, sumber daya manusia ada. tetapi 'Indonesia yang dulu' akan sangat maju pesat, jauh lebih modern dibanding yang sekarang" mungkin banyak yang akan sedikit bingung dengan perkataan tersebut karena ada beberapa kata ganti dan penggunaan waktu yang tumpah-tindih, tapi intinya adalah, ketika orang Indonesia di pindah ke Jepang, dengan teknologi yang sudah maju, konsep yang sudah ada, sumber daya manusia yang ada. negara itu tidak akan maju, karena yang terdidik tidak diset untuk mengapply apa yang mereka ketahui dan hapalkan, ini berkaitan dengan pembahasan UN, tapi itu akan dibahas pada topiknya saya.
Beda dengan orang Jepang yang dipindah ke Indonesia, mereka akan jauh lebih maju dibanding sekarang, karena mereka memiliki sumber daya alam yang jauh lebih melimpah, sumber daya manusia, dan konsep yang siap mereka apply.

dan yang terakhir yang seharusnya mendidik merasa sudah bukan tanggung jawabnya ketika yang dididik salah. maaf untuk para guru, saya tau tidak semua seperti ini tapi lancangkah saya ketika mengatakan seperti ini?
ambil satu contoh, ketika katakanlah murid, dan dia salah ketika proses pembelajaran, apa yang umumnya dilakukan oleh yang seharusnya mendidik lakukan? menyalahkannya, bukankah seharusnya memperbaikinya? bukankah memang tanggung jawab yang mendidik memberi tau itu salah, yang benar seperti ini. no guys not like that, this is better. ga gitu sayang, begini yang benar. seperti itu kan? ok maaf kan saya ketika terlalu menggeneralisir, ada banyak kok pendidik yang bermutu dan tau harus seperti apa, tapi tidak menutup mata ayo kita perbaiki yang masih salah, dan mari kita berjalan bersama untuk memperbaikinya

P.S : yap, maafkan saya para tenaga pendidik jika saya tidak sopan, saya pribadi menghargai kalian sebagai pahlawan yang tidak memiliki lencana, tapi percaya jasa kalian akan selalu dikenang, dimana ketika tidak terucap bukan berarti kalian dihormati, ketika teringat bukan berarti kalian dilupakan.

2. UN

wogh tidak terasa ternya cukup banyak pembahasan pertama gue tentang 'pendidikan secara umum' kali ini dalam topik UN akan lebih mengerucut ke standar, dimana cara menempuh standar dibuat standar-nya, dimana dalam standar itu ada elemen-elemen yang harus ada standar-nya juga. jadi cocok jika UN adalah soal standar yang memiliki pangkat paling tinggi.

ok gue bekerja hanya sebagai pendukung dunia pendidikan, tapi ketika gue membuka 'jendela' yang pertama gue liat adalah dunia pendidikan itu sendiri. jadi ya sedikitnya mah gue taulah soal itu, dan juga gue 12 tahun sudah terverifikasi selama 12 tahun hidup di dunia pendidikan (SD 6 tahun, SMP 3 tahun, SMK 3 tahun. haha).
jaman sekarang penilaian di setiap sekolah umumnya sama, yaitu ada SK (standar kompetensi) yang harus dilalui dimana tiap SK memiliki KD (kompetensi dasar) dan tiap-tiap KD memiliki standar minimum, contoh dalam pelajaran : matematika, ada SK "aljabar" dimana ada beberapa KD seperti "Persamaan linier satu variabel" dan "Pertidak samaan satu variabel" dan harus ada nilai minimumnya, ketika itu sudah diakumulasi sesuai sistemnya maka akan menjadi suatu nilai akhir matematika. ribet banget kan? (kalau kalian tanya gue, maka gue jawab engga, karena secara personal gue suka yang 'dikotak-kotakin' tapi secara pendidikan yang di standar-kan itu ribet) setelah itu menjadi nilai matematika, nilai itu akan diolah lagi menjadi nilai akhir sekolah, dan juga dibumbui oleh nilai UN, dimana nilai yang dipakai adalah hasil dari anda duduk selama kurang lebih 2 jam dengan menjawab puluhan soal yang dilakukan beberapa hari. itu ga fair brooooo... -_-

UN dijadikan standar dimana terlihat cukup jelas untuk saya, itu dalah produk kepentingan dimana hasil yang diutamakan, BUKAN PROSES. apa dilihat proses seorang siswa yang dari cupu, terus ikut-ikutan organisasi, terus bosen denga organisasi dan akhirnya jadi badung, dan terus 'taubat' dan rajin belajar, dan sampe bisa duduk di bangku yang digunakan untu UN? proses dari siswa yang gatau kenapa x+y-1 = 0 jadi bisa jawab "jika jarak layang ke pemain adalah 3M dan tinggi layangan adalah 4M maka panjang benang adalah?" "A. 5M" yang ada pada teori dasar "Bilangan triple pythagoras" apakah itu semua dinilai? jika engga kan harusnya ada yang berani "kalian tidak usah belajar, cukup datang di UN dan lulus disana" dan itu harus dikatakan oleh seorang "kepala". dan sedikit lagi masalah standar jika dalam memenuhi standar, waktu kita habis untuk dicekoki oleh standar itu sendiri, bagaimana kita bersaing dengan yang lain?
contoh dengan setingan : anda coba berdiri di depan cermin yang setinggi anda, lalu anda bercermin dan lihat bayangan anda, anggap dia nyata dan kita berikan dia nama "Cado", "Cado" dan anda sama sama dijejali 'standar' sepanjang waktu, ketika anda berdua berhasil dan ketika anda tidak tau mengenai sesuatu hal apakah anda akan bertanya kepada "Cado"? jika iya maka anda cukup bodoh, bagaimana dia bisa tau? kan dia juga hanya dijejalali oleh standar yang sama dengan anda.
tapi sekarang coba anda bayangkan teman anda yang beda pendidikan dulu, atau sekarang dia beda pola pendidikan. ketika anda bertanya sesuatu apakah ada kemungkinan dia bisa menjawab? tentu ada, karena ada perbedaan standar secara keseluruhan. beda kan dengan kasus pertama? lah wong standar paling atasnya aja dibikin sama, ya outputnya juga sama lah.

3. Matematika
Yeah, salah satu pelajaran yang TIDAK PASTI muncul......
Tidak pasti? tentu, topik ini muncul karena lagi lagi saya sepaham dengan orang hebat. dimana matematika tidak Semua di set untuk suatu yang pasti. contoh hal sederhana 1+1= ?
2? bagaimana dengan 10? bukannya 10 basis 2 = 2 basis 10 yang artinya = 1 + 1 basis 2 atau 1 + 1 basis 10. ribet kan? tidak pasti kan? tetapi kenapa kita pada umumnya menjawab 2? Mungkin karena kita dijajah secara pengetahuan, dan pola pikir kita dibuat mudah, dan kita terdoktrin untuk tidak mau kreatif. padahal di dalam matematika semuanya bisa dibuat kreatif, dan lagi lagi saya setuju dengan sujewo tedjo, musik adalah matematika yang berbunyi, dan hanya orang kreatif yang bisa membuat suatu kesatuan irama yang indah, yang bisa membuat pilihan kata yang kompleks yang memiliki makna. tetapi kenapa malah nilai matematika mereka jelek? karena menurut saya ada yang salah dalam metematika itu. it's about language broo.. matematika soal bahasa, dimana ada subjeknya, ada notasinya, ada cara kita membacanya, ada simbol-simbolnya. tapi kembali doktrin kolot kita yang menjadikannya paten yang padahal itu semua tidak memiliki paten, seperti kenapa harus mengatakan 1 (satu) tidak sama dengan A (a). padahal kita belajar adanya variabel dimana bisa kita buat 1 = A, jadi ketika kita membutuhkan satu cukup pakai "A".

contoh lainnya "saya adalah orang yang sangat menyukai kopi. saya tinggal di bekasi untuk saat ini. saya merasa di bekasi sangat 'crowded'. saya dianggap mainstream oleh orang orang karena di daerah yang 'crowded' suka meminum kopi untuk menghilangkan penat. saya padahal orang yang unik, karena saya suka kopi yang dingin." padahal "saya" ini bisa diganti dengan kata ganti lain, atau bisa kata tersebut diperkecil, kita sepakat kan matematika adalah bahasa? seperti 1+1+1+1+1+1=6 bisa diganti menjadi 1+5=6
atau "saya tinggal di bekasi yang merupakan daerah crowded dimana orang meminum kopi untuk menghilangkan penat, saya juga tapi unik karena saya suka kopi dingin" sedikit lebih indah dibanding yang pertama kan? sedikit lebih ringkas dibanding yang awal kan?

belum lagi kita membahas soal musik, dimana musik adalah matematika yang dibuat lebih indah dengan suara yang sama sama dapat dirancang dengan lebih ringkas, lebih indah sesuai kebutuhan. tapi karena ini sudah terlalu panjang, maka ada baiknya ini disudahi aja, ditambah karena ini sudah terlalu malam, yup pada saat pengetikan ini dilakukan pada jam 11 malem, dan besok masih kudu kuliah lagi. so ada next time untuk menuangkan "kotoran2 yang ada dikepala".

tapi untuk penutup ada baiknya kita coba bersama sama untuk membenahi diri dan juga sekitar. jika merasa ada sesuatu yang salah jangan terlalu arogan untuk orang paling depan yang berani mengatakan "SALAHHH..."
kita ikuti alurnya, kita cari 'celah' yang ada untuk dapat sedikit sedikit membengkok-kan yang salah ke arah yang benar. yeee itu emang lama, tapi kan diawal juga sudah dijelaskan ini tugas bersama, dan harus berkelanjutan, dimana ga bisa instan dan konsepnya adalah jika tulang di adu sama tulang, pasti salah satu patah, dan patahan itu menjadi tajam atau yang bisa kita sebut sikap yang menyakitkan, tapi jika kita urut secara perlahan tulang itu akan lurus , tanpa ada patahan yang tajam :)

sekian, wassalam
Alam S Wijaya
-jedayiz-

10 Mar 2016

Cara Membuat Kabel UTP cat.6

Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi cara membuat kabel UTP yang biasa digunakan untuk menghubungkan suatu komputer/laptop ke jaringan dengan media kabel, dan untuk kali ini saya mencoba untuk membuat kabel UTP cat.6 dengan konektor RJ45 berbahan mika

Alat dan bahan :

- Kabel UTP cat.6 Gray
- Konektor RJ45 mika (Bukan besi)
- Gunting
- Crimping Tool
- Testerlan / Network Cable Tester

Cara Pengerjaan:


- Mulailah dengan satu sisi kabel, kupas kulit terluar kabel yang tidak terpakai +-3Cm
- Gunting inti kabel yang berbahan plastik yang akan menggangu penyusunan kabel


- Pisahkan masing masing lilitan kabel dan susun menjadi rangkaian dengan pola warna :
Putih Oren - Oren - Putih Hijau - Biru - Putih Biru - Hijau - Putih Coklat - Coklat
- Masukan mika sorting yang kecil sehingga inti kabel dengan 1 warna berada dibawah dan inti kabel 2 warna berada di atas.
- Gunting sisa inti kabel yang keluar dari mika sorting sehingga ukurannya sama dengan mika sorting


- Masukan inti kabel yang sudah dipasang mika sorting ke konektor RJ45.

- Crimp konektor dengan Crimping tool
- Lakukan hal yang sama pada sisi kabel sebelahnya, hingga menjadi kabel yang sudah terpasang jack45

- Periksa sambungan kabel dengan Testerlan, berhubung testerlan yang digunakan adalah digital maka hasil dari berhasilnya kabel seperti ini :


- Lalu coba lakukan ping ke alamat lain yang terhubung dalam jaringan atau jika pc/laptop kita terdapat akses ke internet bisa ping ke google atau yang lainnya (contoh kali ini saya mencoba ping ke ip google)